Dari modal 100rb kini memimiliki omzet jutaan
PERNAH berfikir untuk membuat sesuatu yang berbeda, menjualnya dan bahkan bisa menjaditrendsetter?
Hal ini yang dialami oleh Ita Yudi. Seorang Wanita yang pada awalnya
merintis menjadi pekerja kantoran alias wanita karir yang kemudian
banting setir menjadi wirausaha mandiri yang mempekerjakan banyak orang.
"Awalnya
saya kerja di kantor, sebuah perusahaan yang berurusan dengan
proyek-proyek. Isinya laki-laki semua, jadi tidak ada yang menggunakan
assesoris. Akhirnya kerja seperti itu tidak enak. Nganggur," ucapnya
mengawali cerita ketika ditemui okezone di standnya dalam sebuah pameran yang baru-baru ini diadakan di Smesco center, Jakarta.
"Nah,
saya kan pakai jilbab. Dan dari awal sudah hobi membuat asesoris.
Mencoba-coba. Awalnya saya ingin punya bros buatan sendiri. Trial and
error terus sih, tapi terus di coba," imbuhnya.
Bahan
yang awalnya digunakan adalah untaian kawat-kawat dan manik-manik yang
kemudian dirangkainya. Entah itu menjadi bunga, bentuk binatang, atau
bentuk abstrak yang menurutnya layak untuk dijadikan hiasan. Selain dari
kawat, dirinya juga mengaku membuat dari bahan lain seperti kain yang
berasal dari limbah garmen, dan juga lilin atau clay.
"Saya
buat dari semua bahan. Seperti yang sering saya buat ini dari metal,
kawat. Ada juga yang dari benang wol dirajut, kain bekas limbah garmen,
dan clay," terangnya.
Memang,
bahan-bahan tersebut terlihat sangat sederhana dan mudah sekali untuk
mencarinya. Seperti kawat misalnya, yang dengan mudah bisa kita temukan
di pasar-pasar. Limbah garmen yang juga dengan mudahnya bisa didapatkan
dari perusahaan garmen yang membuang sisa kainnya.
Diakuinya,
untuk memulai usaha seperti dirinya, memang tidak membutuhkan banyak
modal. Dirinya menuturkan, untuk memulai usaha ini dulu hanya cukup
bermodalkan selembar uang Rp100 ribu saja.
"Modal
untuk ini, sederhana saja. Malahan kalau sudah punya tang yang sebagai
alat sudah bisa. Paling dulu modal Rp100 ribu," ungkapnya.
"Kalau
kawat, dulu waktu saya memulai usaha ini kawat seperti ini memang
jarang. Tapi sekarang sudah banyak sekali yang jual. Sekarang
dimana-mana orang jual. Rp10 ribu juga sudah bisa buat beli kawat,"
ungkapnya lagi.
Dirinya
menunjukkan kawat kecil sebagai alat yang digunakan untuk membentuk
material serta kawat-kawat yang digunakan sebagai dasar pembuatan
bros-bros tersebut. Kawat kecil dengan ujung lancip itu digunakan untuk
membentuk dan membengkokan kawat sehingga membentuk suatu bentuk yang
diinginkan.
Dalam
setiap usaha, tentunya semua tidak langsung berjalan dengan lancar. Hal
itu pula yang dialami oleh Ita. Awalnya, dalam sehari dirinya hanya
mampu menjual satu sampai dua pieces bros. Jadi dalam sebulan, rata-rata
dirinya hanya bisa menjual sebanyak 20 pieces bros.
Namun,
saat ini hal tersebut sudah tidak berlaku lagi dalam kamus usahanya.
Diakuinya, animo masyarakat terhadap kerajinan assesoris ini meningkat.
Terbukti dari jumlah yang dihasilkannya laris manis terjual bak kacang
goreng.
"Dulu,
yang tertarik jarang sekali. Sekarang yang tertarik banyak. Sekarang
tidak usah deh keluar negeri, di Indonesia juga sudah banyak kok. Lebih
bagus dan juga lebih murah. Tidak usah ke Bangkok dan China. Kita sudah
bisa menyaingi kok," ucap Ita optimis.
Memang,
dari segi harga bros yang dijualnya sangat bervariasi. Untuk yang motif
sangat sederhana dibandrol dengan harga Rp2.500 sampai Rp10 ribu.
Namun, jika yang bentuknya agak rumit dan menggunakan banyak material
serta batu-batuan, bahkan ada yang menggunakan kristal swarovski harga
bisa selangit alias bisa mencapai Rp500 ribu.
Bentuk
yang dimaksud memang rumit. Dengan detil yang sangat kecil dan
sempurna, dibagian tengahnya ditambahkan bebatuan yang senada dengan
warna kawat dan manik-manik. "Saya juga mengangkat kekayaan Indonesia.
Karena ada batu-batu yang berasal dari Indonesia, yang tidak kalah
bagusnya. Tapi ada juga yang menggunakan kristal swarovski. Per pieces
harganya Rp2.500 sampai 500 ribu," jelasnya.
Kesulitan
yang dihadapinya tidak sampai disitu, kadang material yang
dibutuhkannya tidak terdapat di Indonesia. Sehingga dirinya harus
memesan material tersebut dari China. Bersyukurlah kini, pesanan terus
berdatangan. Jumlahnya bisa sampai ribuan, sehingga dengan sendirinya
para distributor tersebut mendatangkan langsung material-material
tersebut tanpa harus melalui pemesanan terlebih dahulu.
"Kendala,
material kan 75 persen dari China. Tapi karena sekarang pesanan sudah
banyak dan juga banyak yang sudah memulai bisnis serupa, jadi para
distributor material ini sudah ada dengan sendirinya," akunya.
Dengan
usahanya tersebut, ibu dari tiga orang anak ini memiliki 40 karyawan
binaan yang membantunya dalam merangkai berbagai jenis bahan yang akan
dijadikan asesoris terutama bros.
Dirinya
tidak membutuhkan sebuah toko besar atau kios dalam menjajakan
bros-brosnya. Di rumahnya yang terletak di daerah Kalimalang merupakan
"pabrik" sekaligus tempatnya memajang bros-brosnya. Selain itu, dirinya
juga rajin melakukan kerja sama dengan butik-butik yang banyak terdapat
di ibu kota. "Pekerja rata-rata ibu rumah tangga biasa yang masih radius
kecamatan lah," ucapnya.
Saat okezone berusaha
mencari tahu lebih jauh, berapa pendapatan per bulannya saat ini,
dirinya enggan berbagi lebih jauh. Karena menurutnya bisnis seperti ini
tidak bisa dihitung secara pasti. Namun menurutnya, per bulan dirinya
bisa menjual hingga ratusan aneka macam asesoris.
Terakhir,
dalam hal pemasaran produk, dirinya mengingatkan untuk bisa menjadi
yang berbeda diantara sekian banyak pesainganya. Banyak melihat, membaca
dan memperhatikan pasar adalah kunci kesuksesannya.
"Kita harus menjadi yang berbeda. Banyak membaca, entah dari buku atau bisa juga browsing di internet," tandasnya. (and)
0 komentar:
Posting Komentar